Pemuda sekarang adalah pemimpin masa depan. Seharusnya pepatah tersebut
mampu menggelitik kaum muda, khususnya mahasiswa. Peran mahasiswa sebagai
pemuda-pemudi harapan bangsa sangat penting, sehingga mereka pun disebut-sebut
sebagai agent of change, iron stock, creativity minority.
Intelektual organis yang harapannya dapat menjadi pribadi yang
kritis, idealis, solutif, dan aplikatif. Mahasiswa diharapkan mampu
memberikan kontribusi nyata baik di tataran kampus, masyarakat,
maupun nasional. Mengapa paradigma ini perlu? Jika mahasiswa cuek terhadap
perkembangan suatu kebijakan kampus ataupun negara dan ternyata kebijakan
tersebut merugikan rakyat, siapa yang akan melakukan penentangan dan
pengritisan? Orang miskin, tukang becak atau pengusaha?
Mahasiswa mengalami masa–masa
menegangkan dan penuh perjuangan dalam mengawal masa kepemimpinan rezim
Soeharto. Bukan hanya harta ataupun waktu, tetapi nyawapun siap untuk mereka
korbankan. Banyak anggapan yang muncul di masyarakat bahwa gerakan mahasiswa
saat ini sudah mulai meredup. ”Beda zaman, beda kondisi”, mungkin itulah salah
satu alasannya. Pernyataan di atas ada benarnya. Namun, alasan sebenarnya
adalah karena mahasiswa sekarang mulai kehilangan jiwa kemahasiswaanya. Mereka
beranggapan bahwa kuliah itu yang penting lulus dengan IPK bagus dan cepat
kerja. Perspektif ini menjadikan beberapa mahasiswa acuh dengan lingkungan
sekitar, mereka tak lagi perduli dengan harga sembako yang melambung tinggi
atau masalah pemerintah yang selalu ingkar janji.
Pemuda sekarang adalah pemimpin masa depan